Superioritas Tokoh Anak Dalam Novel Tom Sawyer Jadi Detektif karya Mark Twain (Kajian Psikologi Individual Alfred Adler)


(If you need PDF, contact me on roteweiler@gmail.com) 

Nurika Rahmania Wibowo

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya


Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) Tujuan akhir dari tokoh anak yang bernama Tom Sawyer dan Huckleberry Finn yang ada dalam novel Tom Sawyer Jadi Detektif  karya Mark Twain, (2) daya juang kompensasi yang ada di dalam tokoh anak pada novel Tom Sawyer Jadi Detektif  karya Mark Twain, (3) perjuangan meraih superioritas pribadi tokoh anak dalam novel Tom Sawyer karya Mark Twain, dan  (4) perjuangan meraih keberhasilan yang dilakukan oleh tokoh anak dalam novel Tom Sawyer Jadi Detektif  karya Mark Twain. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Data yang didapatkan berupa kata, frasa, dan kalimat. Teknik penelitian menggunakan studi pustaka. Data diperoleh melalui tiga cara, yaitu (1) menandai kalimat berdasarkan kode TA, DJK, PMSP, dan PMK, (2) mencatat dan menyelesaikan data berdasarkan rumusan masalah, dan (3) memilih data untuk dimasukkan dalam tabel klasifikasi. Teknik analisis yang digunakan adalah menggunakan teknik analisis isi yang dipadukan dengan deskripsi.

Simpulan penelitian ini adalah: (1) Tujuan akhir dari dua tokoh anak, yaitu Tom Sawyer dan Huckleberry berupa keinginan traveling dan menyelamatkan Paman Silas yang dituduh menjadi pembunuh Dunlap, (2) Daya juang kompensasi ditemukan ada sembilan kutipan sebagai bukti bahwa dua tokoh yang bernama Tom Sawyer dan Huckleberry Finn mampu mengatasi perasaan inferior mereka dan mampu mencipatkan perasaan unggul dalam diri mereka, (3) Perjuangan meraih superioritas pribadi ditemukan dalam diri Tom Sawyer yang berjumalh satu kutipan yang menyatakan bahwa ada sikap egois dalam dirinya, dan (4) Perjuangan meraih keberhasilan yang dilakukan oleh Tom Sawyer dan Huckleberry Finn ditemukan terdapat sepuluh kutipan yang menyatakan bahwa selama proses menyelamatkan Paman Silas dari tuduhan, mereka telah menumbuhkan rasa peduli untuk saling tolong menolong dan bertanggung jawab.

Kata Kunci: Superioritas, Psikologi Individual, Tokoh Anak

  

Abstract

This study will discuss about: (1) how Tom Sawyer and Huckleberry Finn characters in Mark Twain’s “The Adventure of Tom Sawyerguided by final goals, (2) the striving force as compensation of children characters in Mark Twain’s “The Adventure of Tom Sawyer”, (3) the striving for personal superiority of children characters in Mark Twain’s “The Adventure of Tom Sawyer, and  (4) the striving of fulfillment or success of the children characters in Mark Twain’s “The Adventure of Tom Sawyer”. This research uses a descriptive qualitative approach. The data is obtained in the form of words, phrases and sentences. Research techniques using literature studies. Data is obtained in three ways, namely (1) marking sentences based on TA, DJK, PMSP and PMK codes, (2) recording and completing data based on the problem formulation, and (3) selecting data that should be included in the classification table. The analysis technique used is to use content analysis techniques that are combined with descriptions.

The conclusion of this study is (1) the final goals of Tom Sawyer and Huckleberry Finn is the determination of traveling and keeping Uncle Silar save after he hold accountable of being a murderer of Dunlap’s, (2) the striving force as compensation find out of nine citations as the proof of Tom Sawyer and Huckleberry Finn have been succeed to strive their feeling of inferiority and Felt a minus to a Fictional Plus, (3) the striving for personal superiority of Tom Sawyer has been found as one citation explains the ego of him, and (4) the striving of success of Tom Sawyer and Huckleberry Finn have been find out by ten citations about in their journey of keeping Uncle Silas save from the blame, they have been growing up in the feeling of taking care each other and taking the responsibility. 

Keywords: Superiority, Individual Psychology, child figures


PENDAHULUAN

Hal yang membuat sastra anak “khas” adalah karena sastra anak dapat ditulis oleh anak dan sastra anak yang dapat ditulis oleh orang dewasa. Cerita yang dibuat pun harus sesuai dengan dunia anak yaitu pengenalan dan perbedaan tentang baik dan buruk, penuh dengan permainan, pengenalan tentang lingkungan, dan lain sebagainya. Fasilitas yang sangat memadai dan mendukung anak mau pun orang dewasa untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam menulis cerita terutama cerita anak yang mampu membuat karya sastra anak tetap ada dan terus berkembang. 

Cerita anak – anak yang dibuat oleh anak – anak maupun orang dewasa dengan berbagai tema banyak beredar sehingga, anak – anak yang membaca cerita anak harus dibimbing dan diarahkan oleh orang dewasa agar anak tidak salah mengambil pesan yang terkandung dalam cerita. Hal tersebut mengacu pada pengertian sastra anak menurut David (dalam Sarumpaet, 2010: 12) mengatakan secara teoretis sastra anak adalah sastra yang dibaca anak-anak “dengan bimbingan dan pengarahan anggota dewasa suatu masyarakat, sedang penulisannya dilakukan oleh orang dewasa”. Dengan demikian, secara praktis, sastra anak adalah sastra terbaik yang  dibaca oleh anak - anak dengan karakteristik berbagai ragam, tema, dan format yang mengandung pesan – pesan didalamnya.

Karya sastra yang sesuai dengan usia dan dunia anak-anak memang penting untuk masa-masa pertumbuhan, menurut Sarumpaet (2010: 12) menyatakan bahwa sadar atau tidak – bagi anak yang sedang bertumbuh itu dan bagi kita yang membantu mengurusnya – walaupun berfungsi perasyikan, sastra anak sebetulnya adalah ajaran bahkan rencana masa depan. Oleh sebab itu, sasta anak menjadi sesuatu hal yang menantang, penting, sekaligus menarik.

Tokoh – tokoh yang ada dalam cerita anak memiliki karakteristik tersendiri, diantaranya adalah tokoh anak dalam novel Tom Sawyer Jadi Detektif  karya Mark Twain memiliki dua tokoh anak yaitu Tom Sawyer dan Huckleberry Finn. Dua tokoh anak ini dikisahkan memiliki rasa ingin tahu dan suka berpetualang, sehingga membawa mereka masuk ke dalam sebuah petualangan yang menjadikan mereka detektif. Sifat mereka itulah yang membuat mereka memiliki superioritas atau daya juang yang tinggi untuk membantu Paman Silas yang tidak bersalah, terbebas dari tuduhan pembunuhan. Selain untuk membebaskan Paman Silas dari tuduhan tersebut, mereka juga memiliki tujuan untuk mengungkap siapa dalan dibalik pembunuhan tersebut.

Tujuan adanya penelitian ini adalah untuk menggambarkan atau mendeskripsikan superioritas tokoh anak dari Tom Sawyer dan Huckleberry Fin. Empat hal yang yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana Tom Sawyer dan Huckleberry Finn meraih tujuan akhir yang ingin dicapai. Kemudian, bagaimana dua tokoh anak tersebut mampu menunjukkan daya juang kompensasi. Selanjutnya menemukan gambaran meraih superioritas pribadi yang terdapat dalam tokoh anak tersebut dan yang terakhir, bagaimana dua tokoh tersebut mampu menunjukkan gambaran tentang perjuangan untuk meraih keberhasilan.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dianalisis menggunakan teori psikologi individu Alferd Adler yang dikhususkan meneliti superioritas atau berjuang untuk meraih keberhasilan tokoh anak. Alfred Adler dalam teorinya menganggap bahwa setiap individu memulai hidup dengan kelemahan fisik dan memunculkan motivasi dalam perasaan seseorang untuk berjuang demi meraih superioritas atau keberhasilan yang nantinya, jika individu tersebut tidak sehat secara psikologi maka akan berjuang untuk superioritas pribadi namun, jika individu tersebut sehat secara psikologi maka, akan berusaha meraih keberhasilan untuk semua manusia.

Jadi, penelitian ini menganalisis superioritas dari dua tokoh anak dalam novel “Tom Sawyer Jadi Detektif” karya Mark Twain, yaitu Tom Sawyer dan  Huckleberry Finn. Superioritas atau daya juang ini terbagi menjadi empat hal yaitu (1) tujuan akhir, (2) daya juang kompensasi, (3) berjuang meraih superioritas pribadi, dan (4) berjuang meraih keberhasilan.

Penelitian ini bermanfaat untuk (1) mengetahui dunia anak-anak yang diteliti dengan menggunakan teori psikologi individual Alfred Adler, (2) dapat digunakan sebagai referensi pengembangan ilmu sastra untuk peneliti lain dan memberikan informasi, khususnya tentang psikologi individual Alfred Adler, yang digunakan untuk mengkaji novel anak yang berjudul Tom Sawyer Jadi Detektif  karya Mark Twain, (3) digunakan sebagai penambah wawasan tentang sastra anak sehingga dapat digunakan untuk pengembangan pemahaman terhadap perkembangan anak, serta (4) digunakan sebagai bahan ajar khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.  

METODE

1

Menandai dengan cara memberi kode TA, DJK, PMSP, dan PMK pada novel sesuai dengan indentifikasi permasalahan.

2

Mencatat dan menyeleksi data berupa kata, frasa, kalimat, dan paragraph yang sesuai dengan superioritas tokoh – tokoh anak, yaitu Tom Sawyer dan Huckleberry Finn berdasarkan rumusan masalah.

3

Memilih data untuk dimasukkan ke dalam tabel klasifikasi data (lihat contoh tabel 1)

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode atau cara secara kualitatif untuk memberikan perhatian terhadap data ilmiah dan data yang berhubungan dengan konteks keberadaannya. Cara-cara inilah yang mendorong metode kualitatif dianggap sebagai multi metode sebab penelitian yang menggunakan metode ini melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang relevan atau berhubungan. Metode ini mendeskripsikan secara sistematis dan actual sesuai dengan fenomena yang terjadi.

Pendekatan  dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Pendekatan ini  lebih menitikberatkan penelitian pada penggambaran masalah yang relevan dengan masa sekarang yang berhubungan dengan teks sastra. Oleh karena itu, analisis dalam penelitian ini menganalisis psikologi individual dari tokoh – tokoh anak di dalam buku novel yang berjudul Tom Sawyer Jadi Detektif karya Mark Twain dengan menggunakan kualitatif deskriptif.

Data penelitian menurut Kesuma (2007: 26) merupakan objek penelitian beserta konteks yang melingkupinya yang berupa satuan kebahasaan yang menyekitari objek penelitian. Jadi, data dalam penelitian ini kata, frasa, dan kalimat yang menggambarkan tentang tokoh yang ada di dalam sebuah karya.

Kemudian, sumber data adalah buku novel yang berjudul Tom Sawyer Jadi Detektif yang ditulis oleh seorang pengarang bernama Mark Twain. Novel tersebut diterbitkan oleh Penerbit Narasi yang berasal dari Yogyakarta. Jumlah halaman dari buku tersebut sebanyak 168 halaman. Buku tersebut diterbitkan pada tahun 2008. Pada sampul depan novel Tom Sawyer Jadi Detektif didesain dengan gambar dua anak laki-laki dengan seekor anjing, yang mana anjing itu tampak sedang mengendus – endus sesuatu. Di atas gambar bertuliskan Tom Sawyer Jadi Detektif dan di bawah gambar bertuliskan nama pengarang yaitu Mark Twain dan logo penerbit “NARASI”. Sedangkan bagian belakang sampul bertuliskan cuplikan dialog dalam buku dan sinopsis cerita.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Hal ini dilakukan dengan cara membaca bacaan yang menunjang dalam fokus penelitian ini, khususnya subjek penelitian tokoh – tokoh anak yang ada pada buku novel yang berjudul Tom Sawyer Jadi Detektif  karya Mark Twain. Metode studi pustaka merupakan metode yang digunakan untuk mendapatkan data yang lebih memusatkan data yang sesuai dengan objek penelitian (Faruk, 20102: 56). Dalam artian, bahan bacaan dibaca dengan cermat, sungguh-sungguh dan berulang-ulang guna memperoleh pemahaman tentang isi cerita dari novel yang dianalisis mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah penelitian ini superioritas yang ada dalam diri tokoh – tokoh dalam novel Tom Sawyer Jadi Detektif  yang bernama Tom Sawyer dan Huckleberry Finn.

Langkah – langkah yang dapat dilakukan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut.

Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis isi dan teknik deskripsi. Teknik analisis isi menurut Subrayogo (2001: 6) merupakan teknik yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang disampaikan dalam bentuk lambang yang terdokumentasikan yaitu buku, film, majalah, dan sebagainya dengan tujuan untuk memperoleh wawasan baru. Kemudian, teknik analisis isi dipadukan dengan teknik deskripsi yang menurut Ratna (2007: 39) merupakan metode yang digunakan dengan cara menganalisis kemudian menguraikan data yang digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan kondisi atau situasi dari objek yang diteliti dan sekaligus untuk menggambarkan aspek – aspek yang dijadikan pusat penelitian.

Dalam menganalisis data, hal yang perlu diperhatikan adalah membaca dengan cermat karya yang berjudul Tom Sawyer Jadi Detektif karya Mark Twain, kemudian meneliti dan memahami tokoh – tokoh anak dalam buku tersebut yang bernama Tom Sawyer dan Huckleberry Finn untuk menemukan hasil penelitian sesuai dengan pusat penelitian yaitu yang terdapat dalam rumusan masalah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka ditemukan analisis mengenai superioritas tokoh anak dalam novel Tom Sawyer Jadi Detektif karya Mark Twain (kajian psikologi individual Alfred Adler). Hasil penelitian tersebut diketahui bahwa terdapat empat rumusan masalah yaitu mengenai tujuan akhir, daya juang kompensasi, perjuangan meraih superioritas pribadi, dan perjuangan meraih keberhasilan.

Tujuan akhir merupakan pemikiran yang bersifat fiksional atau khayal namun, hal tersebut mampu menuntut manusia untuk meraih superioritas secara pribadi atau keberhasilan bagi seluruh umat manusia. Tujuan akhir terbentuk karena daya pikir manusia yang begitu kreatif atau biasa disebut creative power. Creative power memiliki fungsi agar manusia dapat membentuk kepribadian yang dapat dipahami. Jika anak-anak diarahkan untuk mengimbangi perasaan inferior mereka ditambah dengan penguatan untuk meraih tujuan fiksional atau yang masih dipikirkan maka anak mampu perasaan unggul.

Pada novel Tom Sawyer Jadi Detektif karya Mark Twain, Tom Sawyer (yang digambarkan oleh Huckleberry Finn) memperlihatkan tujuan akhir yang ingin dilakukannya yaitu ia ingin pergi jauh meskipun ia terkena penyakit musim semi dan mendapatkan hal buruk lainnya serta Bibi Polly yang tidak membiarkan Tokata m Sawyer bolos sekolah demi pengemberaan yang dilakukannya yang menurutnya menghabiskan waktu. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut.

Jadi, aku dan Tom Sawyer merasakan penyakit musim semi kali ini dan mengalami hal yang buruk juga. Namun, hal itu tidak menghalangi Tom untuk berpikir bahwa ia akan pergi jauh. Karena, seperti yang dikatakannya, bibinya Polly tidak mau membiarkan dia membolos dari sekolah dan pergi mengembara menghabiskan waktunya. Jadi, kami harus menjaga rahasia itu. Kami telah merencanakan hal tersebut pada suatu hari, ketika tiba-tiba bibinya, Polly datang dengan membawa surat di tangannya dan berkata:

“Tom, aku memintamu untuk berkemas-kemas dan pergi ke Arkansaw---bibimu Sally ingin bertemu denganmu.”  (Twain, 2008:16).

Data diatas menunjukkan bahwa ia mampu meraih superioritas secara pribadi karena pemikirannya ingin pergi jauh telah terwujud. Hingga pada akhirnya dipahami dia diperbolehkan pergi jauh, menemui Bibi Sally yang tinggal di Arkansaw. Bibi Sally mengirimkan surat kepada Bibi Polly dan karena surat kiriman dari Bibi Sally, Bibi Polly memberikan izin kepada Tom Sawyer untuk pergi. Ia meminta Tom Sawyer berkemas – kemas.

Tom Sawyer dan sahabatnya, Huckleberry Finn menemui masalah ketika sedang berlibur di rumah Bibi Sally. Paman Silas, suami Bibi Sally mendapatkan tuduhan telah membunuh seseorang yang bernaman Jack Dunlap. Tom Sawyer dan Huckleberry Finn berusaha membebaskan pamannya dari tuduhan tersebut dan mereka berhasil. Seperti yang terdapat dalam dalam kutipan berrikut.

Dan akhirnya seluruh keluarga Paman Silas menjadi Bahagia layaknya burung yang bebas dan bisa terbang kembali, dan tidak ada seorang pun yang dapat menjadi lebih bangga dan bahagia selain daripada mereka, Tom Sawyer, dan demikian juga denganku, meskipun kupikir aku tidak melakukan apa-apa (Twain, 2008: 164).

Data yang lain menunjukkan bahwa Tom Sawyer dan Huckleberry Finn mampu mengembangkan dirinya menjadi manusia yang memiliki daya pikir kreatif untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu membebaskan Paman Silas yang dituduh telah membunuh seseorang. Ia mampu meraih keberhasilan untuk orang lain selain meraih superioritas secara pribadi yang diceritakan bahwa Tom Sawyer menjadi bangga dan bahagia. Anak-anak yang terbiasa dituntun untuk mengembangkan daya pikir kreatif akan berusaha untuk mewujudkan bagaimana ia akan mewujudkannya. Tujuan kuat yang ada di dalam diri Tom Sawyer dan Huckleberry Finn inilah yang menuntun mereka untuk mendapatkan apa yang mereka khayalkan atau impikan sehingga menjadi kenyataan atau terwujud.

Melalui analisis data diatas dapat ditemukan tujuan akhir yang dipikirkan oleh Tom Sawyer dan Huckleberry Finn. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah Tom Sawyer memikirkan bahwa ia memiliki tujuan ingin traveling dan kemudian terwujud. Seiring berjalannya cerita, ketika dalam perjalanan ia menemukan tujuan lain yaitu ingin menyelamatkan Paman Silas dari tuduhan pembunhuan Dunlap yang dituduhkan padanya dan pada akhirnya ia mampu mewujudkannya dengan cara melakukan penyelidikan bersama Huckleberry Finn.

Daya juang kompensasi merupakan sesuatu hal yang muncul dari perasaan inferior atau lemah. Hal tersebut karena dipengaruhi oleh fisik yang lemah, kecil, atau karena ada cacat fisik sejak lahir. Hal tersebut memicu seseorang untuk menggapai sesuatu secara utuh. Anak – anak tanpa adanya perasaan untuk meraih keunggulan maka, mereka tak akan pernah punya perasaan merasa lemah. Namun, jika anak – anak tidak memiliki perasaan inferior maka, mereka tak akan bisa menetapkan tujuan. Daya juang meraih keberhasilan merupakan sifat bawaan maka, tetap perlu dikembangkan sebagai kompensasi.

Dalam novel Tom Sawyer Jadi Detektif  karya Mark Twain, Tom Sawyer adalah seorang anak – anak yang memiliki rasa ingin tahu tinggi dan gemar berpetualang bersama sahabatnya Huckleberry Finn. Sahabat Tom Sawyer, Huckleberry Finn pada pemikiran Tom Sawyer yang menurutnya selalu benar dan selalu siap untuk ditugaskan oleh seseorang. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut.

Sekarang aku tidak pernah berpikir tentang hal itu. Namun, dia benar. Tom Sawyer selalu benar --- tingkat pemikirannya sebagaimana yang kulihat dan selalu saja pada dirinya sendiri dan dia siap untuk segala sesuatu yang mungkin kamu tugaskan kepadanya. Mengetahui hal ini, bibinya Polly kembali terkejut, dan dia segera pergi (Twain, 2008: 18).

Data tersebut menunjukkan bahwa Tom Sawyer meskipun anak – anak, secara fisik anak – anak memiliki badan yang lebih kecil dari orang dewasa namun, ia mampu berpikir secara kritis dan benar. Ia juga mampu dan siap ditugaskan oleh seseorang jika diberikan tugas. Hal tersebut merupakan cara yang dilakukan oleh Tom Sawyer untuk mengatasi perasaan inferior meskipun dia masih anak – anak dan mampu mengembangkannya.

Huckleberry Finn, tokoh anak lainnya sekaligus sahabat Tom Sawyer ini akhirnya melakukan petualangan bersama Tom Sawyer menemui Bibi Sally di Arkansaw. Perjalanan yang mereka cukup dekat. Mereka berdua menunggangi kuda, satu kuda untuk satu orang. Mereka juga melewati tepian sungai dan menuruninya. Perjalanan yang tidak terlalu jauh ini membuat mereka tidak perlu berganti kendaraan. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut.

Kami sangat bergembira karena mendapat kesempatan untuk pergi dari daerah utara dengan masing – masing orang mengendarai satu ekor kuda untuk menuruni tepian sungai di daerah Lousiana, dan akhirnya kami dapat pergi menuruni daerah hilir Sungai Missisipi menuju pertanian di Arkansaw tanpa berhenti untuk berganti kendaraan di St. Louis, sebuah jarak yang tidak terlalu jauh, hanya lebih kurang seribu mil dalam satu kali perjalanan (Twain, 2008: 25).

Data tersebut menunjukkan bahwa Huckleberry Finn dan sahabatnya Tom Sawyer mampu mengatasi perasaan inferior mereka dengan cara menjadi anak yang berani berangkat tanpa diantar oleh orang dewasa dengan menaiki kuda. Meskipun masih anak – anak mereka mampu menunggangi kuda untuk melakukan perjalanan, pergi ke rumag Bibi Sally. Perjalanan yang mereka lalui tidak melalui jalan yang mulus dan lurus namun, mereka harus menuruni tepian sungai di daerah Lousiana dan menuruni daerah hilir Sungai Missisipi. Perjalanan yang mereka lalui tidak terlalu jauh, lebih kurang seribu mill namun, keberanian mereka yang masih anak – anak untuk melakukan perjalanan tanpa pengawasan orang dewasa sudah berpartisipati dalam mengembangkan daya juang mereka untuk membayar kompensasi mereka.

Melalui data diatas dapat ditemukan sembilan kutipan yang merujuk pada bukti daya juang kompensasi yang ada dalam diri dua tokoh anak, yaitu Tom Sawyer dan Huckleberry. Dari sembilan data ini dapat ditemukan bahwa mereka mampu mengatasi perasaan inferior mereka dengan melakukan sesuatu yang dapat mengungguli tokoh dewasa dalam novel Tom Sawyer Jadi Detektif  karya Mark Twain. Ketika orang dewasa menyerah mencari mayat Dunlap, mereka tetap melakukan pencarian dengan cara meminjam anjing pelacak. Kemudian, ketika orang lain tetap menuduh dan memojokkan Paman Silas adalah pembunuh Dunlap, Tom Sawyer dan Huckleberry Finn tetap membuktikan bahwa Paman Silas tidak bersalah. Situasi yang terkadang negatif dan positif telah mendorong mereka untuk meraih sesuatu secara utuh.

Perjuangan meraih superioritas yang dilakukan secara pribadi biasanya tanpa memperhatikan orang lain. Hal tersebut muncul karena perasaan inferior yang berlebihan sehingga menimbulkan kompensasi yang berlebihan yang biasa disebut dengan inferiority complex. Secara psikologi, mereka adalah manusia – manusia yang tidak secara psikologi. Untuk meraih keberhasilan secara pribadi, beberapa melakukan kamuflase atau penyamaran meraih keberhasilan untuk dirinya sendiri.

Dalam novel Tom Sawyer Jadi Detektif karya Mark Twain, tokoh Tom Sawyer terkadang mementingkan diri sendiri dan benar – benar memusatkan pada dirinya sendiri. Huckleberry Finn, teman Tom Sawyer, sampai kesal dan stress jika sahabatnya ini menjadi orang lebih mementingkan diri sendiri. Seperti terdapat dalam kutipan berikut.

Namun, jika kamu harus percaya kepadaku, dia mematung di tempat itu seperti tebing dan tidak mengatakan sesuatu dengan kata – kata. Hal itu membuatu nyaris berteriak melihat dia bertindak demikian bodoh, dengan adanya banyak kesempatan yang terbuka dan terbuang begitu saja. Mengapa, kami mungkin akan kehilangan kesempatan itu jika dia tidak segera berbicara dan memperlihatakan bahwa dia memikirkannya dan menjadi sangat senang karenanya. Namun, dia tetap berada di sana dan terus belajar dan belajar hingga aku dibuatnya stress karenanya dan aku tidak tahu apa yang akan dilakukannya (Twain, 2008:16 - 17).

Data diatas menunjukkan bahwa Huckleberry menjelaskan bahwa Tom Sawyer menyebabkan dia merasa kesal karena dia bertindak bodoh dan membuang kesempatan yang ada yaitu, traveling. Tom Sawyer tidak mengatakan jika sebenarnya dia senang dengan kesempatan itu namun, dia malah terus belajar dan belajar hingga Huckleberry Finn dibuat stres dengan kelakuan Tom Sawyer. Ini menunjukkan bahwa Tom Sawyer meskipun bersahabat dengan Huckleberry Finn namun, ia tetap memikirkan dirinya sendiri, dia tidak mengambil kesempatan agar bisa traveling bersama Huckleberry Finn, Tom Sawyer lebih memilih untuk tetap belajar.

Melalui data diatas dapat ditemukan ada satu perjuangan meraih superioritas secara pribadi yang ada dalam diri tokoh anak yang bernama Tom Sawyer. Tom Sawyer dan Huckleberry Finn telah memikirkan ingin traveling namun, ketika kesempatan itu dating Tom Sawyer tidak mengambil dan sempat memilih untuk belajar hingga membuat Huckleberry Finn menjadi kesal. Tom Sawyer menjadi egois dan memikirkan dirinya sendiri.

Perjuangan meraih keberhasilan merupakan sesuatu hal yang dilakukan dengan tidak mengorbankan orang lain dalam artian mereka masih peduli terhadap sesama. Mereka menolong sesama manusia tanpa mengharapkan imbalan, murni demi rasa kemanusiaan. Mereka melihat orang lain bukan sebagai saingan atau lawan namun, sebagai kawan. Bagi orang – orang seperti ini, mereka lebih mementingkan kemajuan sosial daripada keuntungan atau kepentingan diri sendiri.

Pada novel Tom Sawyer Jadi Detektif  karya Mark Twain, Tom Sawyer dan Huckleberry Finn merupakan dua orang anak yang mampu mengembangkan perasaan untuk peduli terhadap sesama manusia. Mereka bekerja keras untuk menemukan siapa dalang dibalik pembunuhan Jubiter Dunlap. Tom Sawyer dan Huckleberry merasa kasihan dengan Paman Silas yang awalnya merupakan orang riang dan baik, berubah menjadi orang yang pemurung. Hingga akhirnya dua anak tersebut harus mencari tahu penyebabnya. Seperti terdapat dalam kutipan berikut.

Pada waktu itu segalanya terlihat sangat senang dan bahagia. Setiap orang memikirkan banyak hal tentang Paman Silas dan dia terlihat sangat riang, berpikir secara sederhana, tidak pemurung, dan baik hati---dan sekarang lihatlah dia. Jika dia tidak kehilangan akal sehatnya, dia tidak akan berubah menjadi seperti itu. Apa yang telah menyebabkannya menjadi seperti? Itulah yang harus kamu cari tahu penyebabnya (Twain, 2008: 91).

Data tersebut menunjukkan bahwa Tom Sawyer dan Huckleberry Finn menunjukkan bahwa mereka menunjukkan kepedulian kepada Paman Silas dengan melihat perubahan sikap yang ada pada Paman Silas. Hingga akhirnya mereka memutuskan mencari penyebabnya. Dua tokoh anak tersebut telah  menunjukkan perkembangan untuk mengembangkan perjuangan meraih keberhasilan untuk menolong sesamanya, yaitu Paman Silas. Hal ini juga membuktikan bahwa dua tokoh anak tersebut mampu menolong orang lain dan peduli dengan tujuan-tujuan yang mana tujuan tersebut melebihi diri mereka sendiri.

              Tom Sawyer dan Huckleberry Finn bertemu dengan Jake Dunlap yang seorang pencuri berlian di kapal yang sama ketika mereka sedang dalam perjalanan ke rumah Bibi Sally. Mereka tahu bahwa Jake Dunlap adalah seorang pencuri namun, mereka tetap akan memberikan bantuan kepada Jake Dunlap apabila ia menemui masalah-masalah yang membahayakan dirinya. Seperti terdapat dalam kutipan berikut.

“Aku dan Huck mungkin senang melihatmu kembali, dan kamu tidak perlu takut untuk mengatakan segala sesuatunya. Dan jika kamu pikir hal itu akan menyelamatkanmu jika kami tidak perlu tahu tentangmu ketika kami berlari dan berseberangan denganmu, katakan dengan kata-kata dan kamu akan melihat bahwa kamu dapat mempercayai kami, dan mungkin kami dapat sedikit membantumu jika kamu menemui masalah-masalah yang berbahaya.” (Twain, 2008: 97).

Data diatas menunjukkan bahwa Tom Sawyer memiliki rasa kepedulian meskipun itu adalah penjahat atau pencuri. Mereka mementingkan keselamatan dari Jake Dunlap yang dalam artian, mereka menjadikan lawan sebagai kawan. Mereka menunjukkan kepedulian mereka dengan cara menawarkan bantuan. Tom Sawyer dan Huckleberry mampu mengembangkan rasa peduli dalam diri mereka yang bertujuan untuk kemajuan sosial daripada mementingkan diri mereka sendiri. Tom Sawyer dan Huckleberry mampu melihat masalah sehari-hari melalui sudut pandang perkembangan sosial daripada keuntungan pribadi.

Melalui data diatas dapat ditemukan kutipan yang membuktikan adanya perjuangan meraih keberhasilan yang dilakukan oleh dua tokoh anak yang bernama Tom Sawyer dan Huckleberry Finn. Sepuluh kutipan tersebut membuktikan bahwa Tom Sawyer dan Huckleberry Finn memiliki rasa kepedulian yang tinggi. Mereka mau membantu Paman Silas yang dituduh menjadi pembunuh Dunlap, kemudian membantu orang-orang dewasa untuk membantu mencari mayat Dunlap dan disaat semuanya sudah menyerah mereka berdua tetap mencari dan menemukannya. Hal yang menarik adalah ketika mereka mencoba menolong seorang pencuri berlian yang terancam dibunuh. Meskipun mereka tahu itu adalah lawan mereka namun, mereka menjadikan kawan demi keselamatan pencuri tersebut.

Gambar dan Tabel

Tabel 1. Klasifikasi Data

Data

Superioritas

TA

DJK

PMSP

PMK

Keterangan

Jadi, aku dan Tom Sawyer merasakan penyakit musim semi kali ini dan mengalami hal yang buruk juga. Namun, hal itu tidak menghalangi Tom untuk berpikir bahwa ia akan pergi jauh (Twain, 2008: 16).

 

 

 

Sahabat Tom Sawyer, Hucklberry Finn, menerangkan tentang keadaan Tom Sawyer.

Namun, jika kamu harus percaya kepadaku, dia mematung di tempat itu seperti tebing dan tidak mengatakan sesuatu dengan kata – kata. Hal itu membuatu nyaris berteriak melihat dia bertindak demikian bodoh, dengan adanya banyak kesempatan yang terbuka dan terbuang begitu saja. Mengapa, kami mungkin akan kehilangan kesempatan itu jika dia tidak segera berbicara dan memperlihatakan bahwa dia memikirkannya dan menjadi sangat senang karenanya. Namun, dia tetap berada di sana dan terus belajar dan belajar hingga aku dibuatnya stress karenanya dan aku tidak tahu apa yang akan dilakukannya (Twain, 2008: 16-17).

 

 

 

Huckeberry Finn menerangkan bahwa Tom Sawyer lebih memilih belajar daripada menerima tawaran Bibi Polly untuk pergi ke Arkansaw, rumah Bibi Sally. Ini menjelaskan bahwa Tom sedang melakukan perjuangan melakukan keberhasilan.

Sekarang aku tidak pernah berpikir tentang hal itu. Namun, dia benar. Tom Sawyer selalu benar --- tingkat pemikirannya sebagaimana yang kulihat dan selalu saja pada dirinya sendiri dan dia siap untuk segala sesuatu yang mungkin kamu tugaskan kepadanya. Mengetahui hal ini, bibinya Polly kembali terkejut, dan dia segera pergi (Twain, 2008: 18).

 

 

 

 

Kami sangat bergembira karena mendapat kesempatan untuk pergi dari daerah utara dengan masing – masing orang mengendarai satu ekor kuda untuk menuruni tepian sungai di daerah Lousiana, dan akhirnya kami dapat pergi menuruni daerah hilir Sungai Missisipi menuju pertanian di Arkansaw tanpa berhenti untuk berganti kendaraan di St. Louis, sebuah jarak yang tidak terlalu jauh, hanya lebih kurang seribu mil dalam satu kali perjalanan (Twain, 2008: 25).

 

 

 

Huckleberry Finn  memiliki daya juang kompensasi karena dia dan sahabatnya, Tom Sawyer mampu melakukan traveling selama empat hari untuk mengunjungi Bibi Sally di Arkansaw dengan mengendarai seeokor kuda

Pada waktu itu segalanya terlihat sangat senang dan bahagia. Setiap orang memikirkan banyak hal tentang Paman Silas dan dia terlihat sangat riang, berpikir secara sederhana, tidak pemurung, dan baik hati---dan sekarang lihatlah dia. Jika dia tidak kehilangan akal sehatnya, dia tidak akan berubah menjadi seperti itu. Apa yang telah menyebabkannya menjadi seperti? Itulah yang harus kamu cari tahu penyebabnya (Twain, 2008: 91).

 

 

 

 

“Aku dan Huck mungkin senang melihatmu Kembali, dan kamu tidak perlu takut untuk mengatakan segala sesuatunya. Dan jika kamu pikir hal itu akan menyelamatkanmu jika kami tidak perlu tahu tentangmu ketika kami berlari dan berseberangan denganmu, katakana dengan kata-kata dan kamu akan melihat bahwa kamu dapat mempercayai kami, dan mungkin kami dapat sedikit membantumu jika kamu menemui masalah-masalah yang berbahaya.” (Twain, 2008: 97)

 

 

 

 

Dan akhirnya seluruh keluarga Paman Silas menjadi bahagia layaknya burung yang bebas dan bisa terbang Kembali, dan tidak ada seorang pun yang dapat menjadi lebih bangga dan bahagia selain daripada mereka, Tom Sawyer, dan demikian juga denganku, meskipun kupikir aku tidak melakukan apa-apa (Twain, 2008: 164).

 

 

 

 

 

aText Box:

Gambar 1. Sampul depan novel Tom Sawyer Jadi Detektif karya Mark Twain.

 

Kutipan dan Acuan

Sastra anak merupakan sastra terbaik yang mereka baca dengan karakteristik berbagai ragam, tema, dan format (Sarumpaet, 2010:2). Bacaan anak memiliki karakteristik yang unik atau khas. Hal tersebut dalam dilihat dari tema yang biasa dipakai oleh anak-anak adalah tema persahabatan, keluarga, dan pemandangan alam. Serta format yang dipakai dalam sastra anak merupakan format yang tentunya menarik minat baca anak. Keragaman dari tema dan format inilah yang membuat anak-anak ketika membaca sastra anak, harus didampingi oleh orang tuanya. Hal ini dijelaskan oleh Davis (dalam Sarumpaet, 2010:2) bahwa sastra anak adalah sastra yang dibaca anak-anak “dengan bimbingan dan pengarahan anggota dewasa”. Alasan diperlukannya bimbingan atau arahan dari orang dewasa dimaksudkan hal-hal negatif yang tersirat di dalam bacaan dapat diantisipasi oleh orang dewasa agar tidak terpatri di dalam pikiran anak yang dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari.

Novel anak menurut Suyatno (2009: 5) merupakan bagian sastra anak yang dapat dipahami, dikaji, dan diapresiasi sesuai kebutuhan anak. Tema novel karya anak usia 7 – 12 tahun beragam dari pengalaman diri sendiri, perhatian terhadap lingkungan, belas kasih kepada orang tua dan orang lain, persaingan dalam bentuk perlombaan, petualangan, dan sampai pada permasalahan membela kebenaran (Suyatno, 2009:20). Tema sastra tersebut beragam karena faktor lingkungan yang ada disekitar anak. Apabila anak dikenalkan dengan lingkungan yang baru maka, imajinasinya akan semakin berkembang sehingga ketika anak membuat karya sastra maka, akan ada berbagai pilihan tema.

Tokoh menurut Najid (2009: 27) merupakan pelaku yang mendukung peristiwa sehingga mampu menjalin suatu cerita, sedangkan penokohan merupakan cara pengarang menampilkan tokoh. Penokohan dalam sebuah cerita tidak dapat dihilangkan karena berguna untuk menyokong cerita menjadi lebih hidup atau nyata. Istilah tokoh menurut Nurgiyantoro (2013: 247) merujuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan: “Siapakah tokoh utama novel ini?”, atau  “Ada berapa orang jumlah t okoh novel itu?”, dsb.

Psikologi sastra menurut Hilgrad (Minderop, 2010: 4) kepribadian mengacu pada pola karakteristik perilaku dan cara berpikir yang menentukan penyesuaian seseorang ke dalam suatu lingkungan. Kepribadian adalah dibentuk oleh bawaan potensi sebagai diubah oleh pengalaman umum untuk budaya dan subkultural kelompok (seperti peran seks) dan yang unik mengalami yang mempengaruhi orang sebagai seorang individu. Titik pendekatan teoritis ke pemahaman kepribadian termasuk sifat, psikoanalitik belajar, sosial, dan teori humanistik.

Psikologi individual milik Alfred Adler merupakan psikologi yang menggambarkan atau melukiskan tentang pandangan yang optimis akan manusia yang berlandaskan pada gagasan minat sosial atau social interest (Feist & Feist, 2010: 76) yang artinya hubungan perasaan manusia satu dengan manusia yang lain, terjun ke dalam kegiatan sosial, dan menempatkan kepentingan bersama atau kesejahteraan manusia diatas kepentingan pribadi. Manusia terhubung satu sama lain karena menurut Adler (Alwisol, 2014: 64) merupakan manusia memiliki perasaan inferiorita dan bergantung pada orang lain karena kondisi ketidak berdayaan. Empat asumsi atau landasan teori psikologi individual milik Adler adalah sebagai berikut

1.      Adler melihat manusia lebih banyak dimotivasi oleh pengaruh sosial dan oleh perjuangan mereka untuk mencapai superioritas akan keberhasilan,

2.      Adler percaya bahwa manusia memiliki tanggung jawab besar akan siapa diri mereka,

3.      Adler berasumsi bahwa perilaku saat ini dibentuk oleh pandangan manusia akan masa depan,

4.      Adler percaya bahwa manusia yang sehat secara psikologis biasanya sadar dengan apa yang mereka lakukan dan mengapa mereka melakukannya. (Feist & Feist, 2010: 76 - 77).

Superioritas atau berjuang untuk meraih keberhasilan menurut Adler merupakan kekuatan dinamis di balik perilaku manusia. Psikologi individual mengajarkan bahwa setiap orang memulai hidup dengan kelemahan fisik yang memunculkan perasaan inferior, perasaan yang memotivasi seseorang untuk berjuang demi meraih superioritas atau keberhasilan. Individu yang tidak sehat secara psikologis akan berjuang untuk superioritas pribadi, sedangkan individu yang sehat secara psikologis mencari keberhasilan untuk semua umat manusia (Feist & Feist, 2010: 82). Hal tersebut dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan perilaku individu apabila mereka sisi psikologi yang berbeda. Psikologi dari individu yang tidak sehat inilah yang dapat memunculkan perasaan inferior atau  rendah diri dan menjadi faktor yang memotivasi diri untuk mendapatkan keberhasilan pribadi.

Tujuan akhir memiliki arti yang besar dalam mempersatukan kepribadian dan membuat perilaku seseorang dapat dipahami. Untuk membentuk tujuan yang sesuai dengan kepribadian seseorang, ada faktor yang melandasi yaitu daya kreatif atau creative power yang menurut Adler merupakan kemampuan manusia untuk secara bebas membentuk perilakunya dan menciptakan kepribadian mereka sendiri (Feist & Feist, 2010: 82). Tujuan ini memiliki kegunaan yaitu untuk mengurangi rasa sakit akibat dari perasaan inferior (rendah diri, menganggap dirinya ini individu bermutu rendah) yang tumbuh di dalam diri seseorang dan dapat mengarahkan seseorang itu menuju kepada superioritas atau keberhasilan.

Daya juang menurut Adler (Feist & Feist, 2010: 83) merupakan bawaan, tetapi sifat dan arah daya juang ini ditentukan oleh perasaan inferior dan tujuan untuk meraih keunggulan. Tanpa adanya daya bawaan untuk menuju kesempurnaan, anak-anak tidak akan pernah merasa inferior namun, tanpa perasaan inferior, mereka tidak akan pernah menetapkan tujuan untuk meraih keberhasilan. Maka, bisa dikatakan perasaan inferior adalah salah satu motivasi yang tertanam dalam diri manusia untuk mendapatkan keberhasilan individual. 

Beberapa orang dalam meraih superioritas atau keberhasilan pribadinya tanpa memikirkan perasaan orang dan hal tersebut terjadi karena didorong oleh perasaan inferior atau rendah diri yang berlebihan. Menurut Adler (Feist & Feist, 2010: 83) beberapa individu membuat penyamaran yang pintar dalam usahanya meraih tujuan yang bersifat personal dan tidak memperhatikan orang lain. Sadar atau pun tidak sadar perilaku menyembunyikan kecenderungan mereka untuk memikirkan diri sendiri di balik tirai keprihatinan sosial.

Individu atau orang-orang yang sehat psikologi merupakan mereka yang mendapatkan motivasi berupa minat sosial dan superioritas atau keberhasilan untuk semua manusia. Orang-orang sehat ini merupakan orang yang peduli dengan tujuan-tujuan sosial, melebihi tujuan pribadi mereka yang dikarenakan karena mereka lebih mengutamakan kepentingan umum dan mampu membantu orang lain tanpa pamrih (tidak mengharapkan atau diberi imbalan). Mereka tidak melihat siapa yang ditolong, entah itu kawan atau pun lawan, karena bagi mereka yang sehat secara psikologis, yang terpenting adalah manusia adalah makhluk yang bisa diajak kerja sama demi kepentingan sosial. Keberhasilan yang mereka dapatkan menurut Adler (Feist & Feist, 2010: 85) meski pun untuk kepentingan sosial namun, tidak dengan cara mengorbankan orang lain. hal tersebut secara alami untu meraih keutuhan atau kesempurnaan.

 

Ucapan Terima Kasih

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan kesehatan dan kelancaran dalam mengerjakan penelitian ini kepada penliti sehingga dapat menyelesaikan jurnal ini dengan baik. Terima kasih kepada Ayah, Ibu, dan Adik peneliti yang selalu mendukung, mendoakan dan menguatkan peneliti dalam melaksanakan penelitian. Terima kasih kepada Prof. Dr. Suyatno, M.Pd. selaku dosen pembimbing peneliti yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat untuk peneliti. Terima kasih kepada sahabat dan teman-teman yang telah mendoakan, memberikan nasehat yang baik, menyemangati, dan memberikan informasi kepada peneliti.

 

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV maka, diperoleh simpulan yang berhubungan dengan dengan tujuan akhir, daya juang kompensasi, perjuangan meraih superioritas pribadi, dan perjuangan meraih keberhasilan.

Tujuan akhir yang ada dalam novel Tom Sawyer Jadi Detektif  karya Mark Twain dengan dua tokoh anak telah ditemukan bahwa ada dua tujuan akhir yang dalam novel. Dua tujuan akhir tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:  (1) Tom Sawyer memiliki  keinginan pergi traveling dan akhirnya tercapai sehingga Tom Sawyer bisa pergi ke rumah Bibi Sally di Arkansaw bersama sahabatnya Huckleberry Finn, (2) Tom Sawyer menemukan masalah ketika berada di rumah Bibi Sally. Suami Bibi Sally, Paman Silas mendapatkan masalah yaitu dituduh membunuh seseorang bernama Dunlap dan Tom Sawyer ingin menemukan mayat, mencari, dan menangkap pelakunya sehingga Paman Silas terbebas dari tuduhan dan bisa hidup bahagia Kembali bersama keluarganya. Tujuan Tom Sawyer dan Huckleberry Finn tercapai setelah melakukan menjadi detektif demi menyelamatkan Paman Silas. Tokoh anak dalam novel tersebut dibuat dengan memiliki karakter yang memiliki daya kreatif atau creative power sehingga, karakter yang ada dalam diri mereka bisa dipahami oleh pembaca.

Tokoh anak dalam novel Tom Sawyer Jadi Detektif  karya Mark Twain telah ditemukan kutipan daya juang kompensasi. Simpulan daei daya juang kompensasi tersebut adalah ditemukan bahwa dua tokoh anak yang bernama Tom Sawyer dan Huckleberry Finn mampu mengatasi perasaan inferior mereka. Anak-anak memiliki fisik lebih kecil dari orang dewasa namun, hal itu tidak membuat mereka  menjadi takut dan merasa tidak mampu untuk menyelidiki kasus Paman Silas. Ketika semua orang menyerah untuk menemukan mayat Dunlap, mereka berdua berhasil menemukannya menggunakan anjing pelacak meskipun orang-orang menertawakan kerja dari Tom Sawyer dan Huckleberry Finn. Kemudian, mereka mampu menciptakan perasaan unggul daripada orang-orang lainnya. Tom Sawyer mampu berpikir dengan cerdas sehingga ia mampu Menyusun kronologi pembunuhan Dunlap dengan baik dan benar sehingga dapat menyelamatkan Paman Silas dari tuduhan pembunuhan.

Novel yang berjudul Tom Sawyer Jadi Detektif  karya Mark Twain ini menumbuhkan sifat berjuang untuk meraih superioritas pribadi. Sifat tersebut dimunculkan dalam karakter tokoh anak yang bernama Tom Sawyer. Ia kerap memikirkan dirinya tanpa memikirkan perasaan orang lain, terutama sahabatnya Huckleberry Finn. Namun, sifat tersebut hanya ditemukan satu kutipan saja sehingga, sifat ini tidak mendominasi sifat-sifat lainnya.

Perjuangan meraih keberhasilan dimunculkan pada tokoh Tom Sawyer dan Huckleberry Finn dalam novel karya Mark Twain yang berjudul Tom Sawyer Jadi Detektif. Kutipan yang membuktikan bahwa dua tokoh anak tersebut melakukan perjuangan dalam meraih keberhasilan. Mereka memperjuangkan keberhasilan selain untuk diri mereka sendiri, mereka juga berjuang untuk meraih keberhasilan untuk orang lain, yaitu Paman Silas. Seiring berjalannya alur cerita, dua tokoh anak tersebut mampu menekan perasaan egois pada dirinya dan lebih mengembangkan rasa kepedulian mereka terhadap sesama manusia. Tom Sawyer dan Huckleberry berjuang untuk menolong Paman Silas agar terbebas dari tuduhan pembunuhan dan mereka menolong seorang pencuri berlian dari rencana pembunuhan. Mereka menjadikan pembunuh berlian itu sebagai kawan daripada lawan dan lebih mengutamakan keselamatan si pencuri.

 

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Superioritas Tokoh Anak dalam Novel Tom Sawyer Jadi Detektif  karya Mark Twain, saran yang ingin peneliti sampaikan adalah:

1.      Bagi Pembaca

Minat membaca perlu dikembangkan supaya pembaca dapat mengetahui permasalahan yang ada didalam karya yang berhubungan dengan fenomena saat dan mendapatkan pengetahuan tentang dunia anak-anak yang diteliti menggunakan teori psikologi individual serta bermanfaat sebagai sarana untuk menghibur diri bagi pembacanya.

2.      Bagi Peneliti Lain.

Penelitian yang berjudul Superioritas Tokoh Anak Dalam Novel Tom Sawyer Jadi Detektif  karya Mark Twain (Kajian Psikologi Individual Alfred Adler) diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lainnya dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Bahasa dan sastra Indonesia yang tentunya menggunakan teori dan metode kajian yang berbeda.

3.      Bagi Guru Bahasa Indonesia

Karya sastra yang berjudul Tom Sawyer Jadi Detekti karya Mark Twain ini dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang sastra anak sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan pemahaman terhadap perkembangan anak karena sarat kan nilai-nilai edukatif dan dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Selain itu, disarankan novel ini dikaji oleh SMA meskipun buku ini tipis namun, terdapat nilai-nilai yang bisa diambil dan diterapkan oleh siswa dan jalan cerita yang bagus.

 

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2014. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Feist, Jess dan Gregory J. Feist. 2010. Teori Kepribadian Edisi 7. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

Indah, Eka Yuni Nur. Kepribadian Tokoh-Tokoh Dalam Cerita Anak Karya Shoffiyah Lukman: Kajian Psikologi Sastra Carl Gustav Jung. Skripsi tidak diterbitkan.

Kurniawan, Heru. Sastra Anak dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi, Semiotika, hingga Penulisan Kreatif.

Minderop, Albertin. 2010. Psikologi Sastra: Karya Satra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Najid, Moh. 2009. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sarumpaet, Riris K. Toha. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak: Edisi Revisi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia anggota IKAPI DKI Jakarta.

Suyatno. 2009. Struktur Narasi Novel Karya Anak. Surabaya: Jaring Pena.

Twain, Mark. 2008. Tom Sawyer Jadi Detektif. Yogyakarta: Penerbit Narasi.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 2016. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Winarni. 2014. Kajian Sastra Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Komentar